Cintailah sesuatu sewajarnya saja!
Judulnya kepanjangan yak? Gapapa,,, sesuai kok dengan inti postingan ini :p hehehe. Jadi ceritanya saya abis baca salah satu buku yang judulnya, “Cinta Allah itu Cinta Sejati, Cinta yang abadi”. Isinya yaa tentang Kecintaan sahabat-sahabat rasul kepada Allah gitu. Nah, di salah satu bab nya (bukan bab juga sih sebenernya) ngebahas tentang “cinta sewajarnya” gitu.
Kayanya udah pernah diposting yaa yang tentang beginian? Udah pernah belom sih? *plaaak* *mendadak amnesia* Oke, nti saya cek lagi. Tapiii,, gapapa deh yang ini tetep dipost juga. Serupa tapi tak sama rasa-rasanya sih *plakplokplak* Sooo,, begini nih isinya,,,
Kayanya udah pernah diposting yaa yang tentang beginian? Udah pernah belom sih? *plaaak* *mendadak amnesia* Oke, nti saya cek lagi. Tapiii,, gapapa deh yang ini tetep dipost juga. Serupa tapi tak sama rasa-rasanya sih *plakplokplak* Sooo,, begini nih isinya,,,
Cinta dan benci hanya mempunyai batas yang sangat tipis, bahkan lebih tipis dari kulit ari yang membungkus tubuh kita. Tidak mustahil, kala pagi menjelang kita begitu memimpikannya untuk dapat kita miliki. Namun entah mengapa, saat senja dating rasa cinta itu pupus sudah, berganti dengan kebencian dan rasa antipati. Ya, putaran masa dan waktu memang acapkali mengubah semuanya. Begitulah realita nya, hati manusia memang sulit untuk ditebak kemana arahnya. Dalamnya lautan masihlah bisa diukur dasarnya. Tapi dalamnya hati manusia, siapa gerangan yang dapat menyelaminya?
Karena itulah Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kepada kita untuk tidak mencintai ataupun membenci sesuatu (seseorang) secara membabi buta. ‘Cinta mati’ hanya akan menggoreskan luka di hati tatkala “yang dicintai” tidaklah sesuai dengan harapan hati. Sementara membenci dengan segenap rasa antpati, hanya akan membuat hati menjadi mati, sehingga benak kepala pun dipenuhi oleh kecamuk murka dan buruk sangka. Membenci secara membabi buta, hanya akan membuat jiwa kian tersiksa dan merana. Mengapa kita mesti membencinya setengah mati, padahal bisa jadi ia akan membawa kebaikan pada diri? Mengapa pula kita mesti mencintainya sepenuh hati, padahal bisa jadi ia akan mengantar kita pada kehancuran diri? Allah telah memperingatkan di dalam kitab suci:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah: 216)
“(Maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.(QS An-Nisa:19)
Hidup ini penuh misteri. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bisa saja orang yang kita cintai hari ini, ia akan lari dan men-campakkan kita begitu saja, saat ia menganggap bahwa kita tidak lagi punya harga dan nilai guna di matanya. Pun, bisa jadi orang yang hari ini kita benci setengah mati, justru dial ah yang merengkuh kita dalam belaian cinta-kasihnya saat orang lain meninggalkan kita dalam kenistaan dan kehinaan diri. Bukankah realitas hidup telah mengajarkan kepada kita, betapa banyak orang yang dahulunya adalah seteru abadi, tapi kini justru menjadi pasangan hidup sejati? Betapa banyak pula orang yang dulunya menjadi belahan hati, tapi kini justru menjadi musuh nyata yang paling keji?
Ya, hidup ini memang penuh misteri. Semua yang telah dan akan terjadi adalah mutlak rahasia Illahi. Kita, manusia, hanya bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari apa yang telah terjadi. Cintailah segala sesuatu sewajarnya saja. Jangan engkau peruntukkan 100% cintamu untuk sesuatu yang fana, karena hal itu hanya akan membuatmu kecewa. Percayalah, kalau tidak dia yang meninggalkanmu, pasti engkaulah yang akan meninggalkannya. Karena semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Jadi, jangan pernah kebencian dan kecintaan kita, menutupi “Nur Illahi” yang memancar dari dalam lubuk hati.
-Cinta Allah itu cinta sejati, cinta yang abadi-
*edited: Hiyaaaaa,, ini tulisan lama sih, bulan 5 nih saya ngetiknya dan ga sempet ke posting,, HAHAHA. Paraah,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar